( foto: pixabay) Tulisan ini didedikasikan untuk diri sendiri yang setelah 5 tahun akhirnya tamat juga alias lulus alias sarjana aka pengangguran baru yang dengan segera siap mengembara mencari kerja. Pengen bilang aja ternyata jadi fresh graduate itu banyak sensasinya, perlahan tapi pasti pikiran mulai mumet mikirin kehidupan selanjutnya. Bukannya dulu langkah ke depan tidak dipikirkan sama sekali, semisal setelah lulus ini mau kemana, jadi apa dan segala macamnya. Itu malah sudah jadi isu yang magerin kepala sampai dibawa kemana-mana. (foto: pixabay) Cuma ya gitu, multitasking kayaknya beneran mitos. Mikirin dua hal lebih dalam satu waktu itu ternyata bukan saya, wkwk. Efeknya kepala jadi kayak ketiban beras sekarung. Berat. Bukannya fokus dan menyelesaikan masalah, yang ada justru kepala jadi pusing hampir tujuh keliling. Sadar tidak sadar usut punya usut setelah di resume ini petanda kalau saya harus reset dan mulai dari 0. Menuju langkah baru di dunia yang baru, dunia setelah s...
SEMBILAN ELEMEN JURNALISME
Apa itu jurnalisme ?
- Menurut Kris Budiman, jurnalisme (journalistik, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran berita tertentu.
- Secara etimologi jurnalistik berasal dari kata jour (prancis) yang berarti catatan atau laporan harian.
Dalam jurnalisme ada
elemen-elemen penting yang harus dipahami oleh seorang jurnalis. berikut ini
kesembilan elemen tersebut :
1. Kebenaran : prinsip pertama dan paling membingungkan
Berita
merupakan materi yang digunakan oleh masyarakat untuk mempelajari dan berpikir tentang
dunia di luar mereka karena berita menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi
di tengah masyarakat. Kualitas terpenting sebuah berita adalah dapat digunakan
dan diandalkan. Oleh karenanya, kebenaran akan menciptakan rasa aman yang
tumbuh dari kesadaran masyarakat tsb. Kebenaran menerangi fakta-fakta
tersembunyi dalam sebuah berita yang disajikan. Kebenaran inilah yang merupakan
inti sari dari sebuah berita. Walaupun, dalam wawancara yang dilakukan pada
para wartawan 100 persen dari mereka menjawab “nilai yang mereka anggap paling
penting dalam pekerjaan mereka” adalah “kebenaran”, namun pada dasarnya sebuah
berita yang menarik tidaklah seutuhnya menyajikan kebenaran. Karena sesunguhnya
berita mengandung berbagai opini masyarakay yang butuh direalisasikan. Dengan kata
lain, masyarakat membutuhkan sebuah berita yang akan mengungkap fakta dari
opini yang telah ada di masyarakat.
2. Untuk siapa wartawan bekerja?
Syarat
mutlak dari penyampaian berita adalah orang yang mencari dan membuat sebuah
berita tidak dihalangi saat melakukan pekerjaan mereka untuk menggali berita
untuk menyampaikan kebenaran.
Sejauh
ini wartawan meletakkan tujuan bekerjanya adalah kepada warga yang artinya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Kewajiban utama wartawan adalah kepada pembaca
atau pemirsa dan yang penting disamping mencari kebenaran, loyalitas kepada
warga juga harus diutamakan. Di sisi loyalitas para wartawan dituntut mampu memberikan
informasi yang benar dan menjunjung tinggi hak-hak masyarakat.
3. Verifikasi
pada
elemen selanjutnya, kita membicarakan mengenai verifikasi yang merupakan
prinsip paling penting dalam jurnalisme. Dalam melakukan verifikasi yang
dibutuhkan adalah mencari fakta dari sebuah berita dengan mengambil pendapat
atau pernyataan dari pihak-pihak atau narasumber yang terlibat. Dalam melakukan
verifikasi, tidak dibenarkan menambahkan sesuatu yang tidak ada kebenarannya
sama sekali. Pembaca diharapkan tidak langsung percaya dengan berita yang
disampaikan tanpa memeriksa ulang keterangan dari berita tsb. Jadi, verifikasi
sangatlah penting dan inti sarinya adalah sebuah kedisiplinan. Verivikasi harus
berfokus pada cerita yang sebenarnya terjadi dan tidak mengada-ngada.
4. Independensi dari Faksi
Jurnalis
harus menjaga independen dari faksi-faksi baik dari opini, kritik, serta
komentar. Independen itu maksudnya adalah berdiri sendiri. Seorang jurnalis
tidak menyampaikan sesuatu di bawah pengaruh atau kepentingan siapapun. Tidak
memihak atau netral bukan prinsip dari jurnalisme dan yang dimaksud dengan
objektivitas bukanlah tidak berpihak. Hal yang ditekankan pada elemen ini
adalah independensi bukan netralitas. Contohnya, seorang jurnalis menulis tajuk
rencana atau opini, maka hal itu haruslah independen serta kredibilitasnya
terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang
lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.
Pelarangan
terhadap wartawan yang tidak boleh
bergabung sebagai patisan partai dan sejenisnya dalam rangka memenuhi kebutuhan
publik. Wartawan harus berpihak kepada publik bukan kepada suatu faksi. Namun,
di indonesia hal itu masih saja terjadi. Hal ini terlihat saat berlangsungnya
pemilu.
5. Pemantau kekuasaan
Sebagai
pemantau kekuasan, pers menjadi penyambung aspirasi masyarakat terhadap
pemerintahan. Dalam hal ini pers menjembatani masyarakat untuk ikut serta dalam
mengawal pemerintahan. Dimana dalam hal ini pers juga akan menjadi tempat diskusi
untuk masyarakat. Masyarakat akan berpikir kritis dalam memantau setiap
aktivitas pemerintahan. Masyarakat akan memberikan tanggapan dan kritik terhadap
pemerintahan atau sebagai penjaga keamanan kekuasaan.
6. Jurnalisme sebagai forum publik
Bagian
keenam dari sembilan elemen jurnalisme berikutnya adalah jurnalisme sebagai
forum publik. Jurnalisme harus menyediakan sebuah forum dimana khalayak dapat
membuat penilaian dan mengambil sikap setelah menyaksikan liputan-liputan,
berita, reportase, dsb. Fungsi forum pers ini bisa menghasilkan demokrasi
karena mempengaruhi opini publik. Sebuah diskusi publik juga harus dibangun di
atas prinsip-prinsip yang sama yakni kejujuran, fakta, dan verifikasi. Sebab,
forum yang tak punya sikap hormat akan gagal memberi informasi dan hanya akan
menimbulkan prasangka dan menimbulkan amarah, sebagai bentuk reaksi khalayak
tehadap laporan-laporan yang disampaikan. Ini membuktikan bahwa jurnalisme
sebagai forum publik penting sebagai penyalur aspirasi rakyat, menegakkan
demokrasi dalam upaya mencari kompromi, memberikan pencerahan, dan membentuk
rasa keingintahuan. Forum jurnalistik juga harus taat pada semua prinsip
jurnalistik yang lain. Selain itu, ia juga bekaitan langsung dengan peran utama
kompromi dalam masyarakat demokratis.
7. Menarik dan Relevan
Pada elemen yang ketujuh, seorang jurnalis harus
menyajikan berita yang disampaikannya menarik dan relevan. Dalam hal ini,
wartawan mempunya tugas untuk menemukan cara membuat hal penting menjadi
menarik untuk setiap cerita. Infomasi yang disajikan tidak hanya berisi
data-data yang mendukung berita. Tetapi, para jurnalis juga harus bisa membuat
beritanya menjadi sebuah narasi yang enak untuk dibaca ataupun didengar.
Terkadang beberapa berita hanya menyampaikan data-data informasi tanpa mempedulikan
menariknya berita untuk dibaca. Tapi di sisi lain, dalam beberapa kasus
terdapat berita yang hanya sekedar menyajikan sensasionalitas hanya untuk
menarik minat pembaca tanpa memperhatikan isi dari informasi yang disampaikan.
Sehingga berita itu bersifat sensasionalitas. Oleh karena itu, penting bagi
sebuah berita untuk menyajikan sebuah berita yang menarik dan relevan. Sehingga
menjadi sebuah berita yang menarik, bemakna, relevan, dan enak untuk disimak.
8. Berita yang Komprehensif dan Proporsional
Jurnalisme diibaratkan seperti kartografi modern
(layaknya sama dengan seniman gambar). Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga
untuk mengarahkan pesoalan masyarakat. Konsep kartografi juga membantu
menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab liputan jurnalisme. Seperti halnya
peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporsional. Mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta membantu
kita melihat bahwa proporsional (seimbang) dan komprehensif (luas) adalah kunci
akurasi.
Komprehensif dan proporsional mengharuskan berita yang disajikan harus
seimbang. Sebuah berita yang lucu dan menarik tapi tak mengandung apapun yang
signifikan adalah sebuah pemutarbalikan karena yang menarik belum tentu apakah
itu fakta atau bukan. Pada saat yang sama, berita yang berisi hal yang serius
dan penting tanpa sesuatu yang ingan
atau manusiawi juga bukan sesuatu yang seimbang.
Tekanan untuk melebih-lebihkan membuat masyarakat harus
pandai dalam memilah berita. Masyarakat seharusnya percaya jurnalisme. Namun,
masyarakat juga dituntut untuk lebih cerdas melihat berita yang
dilebih-lebihkan atau tidak.
9. Mengutamakan Hati Nurani
Hati nurani adalah sesuatu yang dipercayai dalam-dalam
oleh banyak, atau sebagian wartawan. Karena setiap berita atau kejadian yang ia
tayangkan otomatis akan disebarluaskan di depan publik dan tentunya harus bisa
dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab wartawan merupakan salah satu elemen
sebagai pelindung terhadap kekuatan yang mengancam jurnalisme sekaligus
melemahkan masyarakat demokratis.
Ada
beberapa karakteristik dalam tanggung jawab wartawan :
- Budaya kejujuran, dimana seorang wartawan mampu mengikuti hati nurani untuk menyampaikan sesuatu yang benar-benar terjadi dalam pekerjaannya. Keberagaman intelektual adalah tujuan yang sesungguhnya, membentuk ruang redaksi yang terbuka dan jujur.
- Tekanan terhadap nurani individu, disebabkan alasan tertentu.
- Nurani dan keberagaman di ruang redaksi, dapat mengenali bahwa kesehatan jangka panjang mereka tergantung pada kualitas redaksi mereka bukan efesiensi semata.
- Peran sebuah warga masyarakat.
Komentar
Posting Komentar